previous :
1. Between Saigon and Phnom Penh
2. Our Story from Phnom Penh
Siem Reap (SR) seperti cinta pertama : begitu indah, sederhana dan menyenangkan. Kami tiba di SR sekitar pukul 21.00 dan diturunkan oleh bus yang kami tumpangi dari Phnom Penh di sebuah terminal, dimana banyak driver tuk2 telah menanti. Namun, beruntung karena Rosy Guest House yang telah kami booked sebelumnya memberikan jemputan tuk2 gratis, setelah kami mengkonfirmasi kedatangan via email.
SR cukup sepi ketika kami tiba. Tidak terlihat banyak kendaraan lalu lalang, hanya beberapa tuk2 wara-wiri, tidak terlihat keramaian ataupun pesta2 malam hingga larut yang biasa banyak terdapat di sekitar tempat wisata. Di guest house kami terdapat restaurant dan bar, namun yang datang hanya beberapa orang berpakaian rapi dengan gaun. Kami menjadi sedikit canggung ketika tiba. Setelah mandi, kami pun bergegas mencari ATM dengan tuk2, menyusuri malam di SR. Namun, ternyata di tempat lain yang tidak terlalu jauh dari hotel kami, yaitu di sekitar Old Market, keriuhan layaknya di seputaran Kuta Bali pada malam hari mulai terasa. Lagi2 kami menyadari kalau hotel yang kami booked tidak berada di daerah backpackers. Daerah backpackers di SR adalah di Old Market dimana banyak terdapat hostel, bar dan bahkan fine dining restaurant.
Namun guest house kecil kami begitu memikat hati, berlokasi tepat di sepanjang sungai dan taman kota. Terlebih karena sejak kami masih di HCMC dan mengabarkan kedatangan kami via email, mereka memberikan respon dengan baik sekali. Guest House ini dimiliki oleh pasangan suami-istri Simon dan Rachel-keduanya warganegara Norwegia. Staf hotelnya pun berbahasa Inggris dengan fasih dan mudah dimengerti, professional like a western but kindness like a Khmer.
Kami segera mencari informasi mengenai trip ke Angkor Wat, yang segera disarankan oleh pihak guest house untuk menyewa tuk2 saja seharian. Kami pun bersepakat dengan driver tuk2 yang telah menjemput kami di terminal-bernama Sinat, seorang Khmer yang ramah dengan bahasa Inggris yang baik-akan menjemput kami jam 5 pagi untuk mengejar sunrise di Angkor Wat. Di hotel juga terdapat penyewaan sepeda, namun mengingat luas kompleks candi yang terkenal itu mencapai 400 ha, kami pun memutuskan untuk menggunakan tuk2 dengan sewa 16 USD selama seharian. Beberapa situs traveler pun lebih menyarankan untuk menggunakan tuk2, karena kompleks candi Angkor kebanyakan berupa hutan2 yang tidak berpenduduk sehingga akan lebih aman apabila kita mengunjunginya bersama penduduk lokal.
Jadilah, keesokan harinya sekitar pukul 5 pagi kami menuju ke kompleks arkeologikal yang tersohor itu menggunakan tuk2 milik Sinat. SR masih gelap dan sepi ketika kami menuju ke sana. Lama perjalanan dari hotel kami menuju gerbang pembelian tiket sekitar 15 menit, dan melanjutkan 20 menit perjalanan berikutnya menuju Angkor Wat. Kami membeli tiket untuk 1 hari seharga 20 USD (5.30 am - 5.30 pm)/orang, ada pula tiket terusan selama 3 hari seharga 40 USD/orang. Karena waktu menetap kami di SR hanya 2 malam, kami hanya akan mengunjungi 3 lokasi candi yang terkenal, yaitu : Angkor Wat, Bayon dan Ta Phrom.
Ternyata bukan hanya kami yang berniat mengejar sunrise di Angkor Wat. Puluhan bus telah mengantri untuk menurunkan penumpang di depan Angkor Wat, kebanyakan merupakan wisatawan Jepang dengan spesial tur dan spesial guide berbahasa negara asal. Beberapa wisatawan barat berkulit putih yang mengikuti spesial tur rata2 telah cukup berumur, sedangkan wisatawan yang berusia lebih muda datang dengan tuk2 atau bahkan mengayuh sendiri sepeda sewaan.
Angkor Wat masih gelap gulita, kami bahkan harus menyusuri jalan dengan senter menuju spot sunrise, dimana fotografer mulai dari yang amatiran dengan kamera pocketnya sampai profesional dengan kamera DSLR bersiap mengabadikan sunrise. Namun, ternyata sunrise yang dinanti lama nian terbitnya. Matahari baru menampakkan diri sekitar pukul 7, sesuai dengan prediksi Sinat-driver tuk2-yang semalam menyarankan kami berangkat dari hotel jam 6 saja. Namun, karena takut melewatkan sunrise, kami memilih berangkat pukul 5. Hahaha....lain kali kayaknya kami harus mulai lebih mempercayai driver tuk2.
Setelah puas mengabadikan sunrise, kami pun berkeliling seputaran kompleks yang candinya terdapat di bendera nasional Kamboja itu. Dan dilanjutkan dengan mengunjungi candi kedua yang terbesar, yaitu Bayon yang ternyata beberapa bagiannya masih mengalami restorasi.
Candi ketiga yang kami kunjungi adalah Ta Phrom yang terkenal karena terdapat banyak pohon raksasa yang melingkupi bangunan candi dan bahkan menahan candi yang telah rapuh sehingga tetap berdiri.
Di Ta Phrom inilah syuting film Tomb Rider yang dibintangi Angelina Jolie dilakukan. Beberapa lokasi dimana Angelina Jolie pernah melakukan aksinya pun dibuatkan spot khusus untuk berfoto.
Sisa waktu kami gunakan untuk berkeliling dengan tuk2 dan menyinggahi Banteay Srei Temple, Angkor National Museum dan berbelanja souvenir di Old Market.
-pictures courtesy of Irwan Kadir using Canon EOS D1000-
next :
1. Long Way Journey from Siem Reap to Bangkok
2. Backpacking in Bangkok - Thailand
1. Between Saigon and Phnom Penh
2. Our Story from Phnom Penh
Siem Reap (SR) seperti cinta pertama : begitu indah, sederhana dan menyenangkan. Kami tiba di SR sekitar pukul 21.00 dan diturunkan oleh bus yang kami tumpangi dari Phnom Penh di sebuah terminal, dimana banyak driver tuk2 telah menanti. Namun, beruntung karena Rosy Guest House yang telah kami booked sebelumnya memberikan jemputan tuk2 gratis, setelah kami mengkonfirmasi kedatangan via email.
SR cukup sepi ketika kami tiba. Tidak terlihat banyak kendaraan lalu lalang, hanya beberapa tuk2 wara-wiri, tidak terlihat keramaian ataupun pesta2 malam hingga larut yang biasa banyak terdapat di sekitar tempat wisata. Di guest house kami terdapat restaurant dan bar, namun yang datang hanya beberapa orang berpakaian rapi dengan gaun. Kami menjadi sedikit canggung ketika tiba. Setelah mandi, kami pun bergegas mencari ATM dengan tuk2, menyusuri malam di SR. Namun, ternyata di tempat lain yang tidak terlalu jauh dari hotel kami, yaitu di sekitar Old Market, keriuhan layaknya di seputaran Kuta Bali pada malam hari mulai terasa. Lagi2 kami menyadari kalau hotel yang kami booked tidak berada di daerah backpackers. Daerah backpackers di SR adalah di Old Market dimana banyak terdapat hostel, bar dan bahkan fine dining restaurant.
Namun guest house kecil kami begitu memikat hati, berlokasi tepat di sepanjang sungai dan taman kota. Terlebih karena sejak kami masih di HCMC dan mengabarkan kedatangan kami via email, mereka memberikan respon dengan baik sekali. Guest House ini dimiliki oleh pasangan suami-istri Simon dan Rachel-keduanya warganegara Norwegia. Staf hotelnya pun berbahasa Inggris dengan fasih dan mudah dimengerti, professional like a western but kindness like a Khmer.
Kami segera mencari informasi mengenai trip ke Angkor Wat, yang segera disarankan oleh pihak guest house untuk menyewa tuk2 saja seharian. Kami pun bersepakat dengan driver tuk2 yang telah menjemput kami di terminal-bernama Sinat, seorang Khmer yang ramah dengan bahasa Inggris yang baik-akan menjemput kami jam 5 pagi untuk mengejar sunrise di Angkor Wat. Di hotel juga terdapat penyewaan sepeda, namun mengingat luas kompleks candi yang terkenal itu mencapai 400 ha, kami pun memutuskan untuk menggunakan tuk2 dengan sewa 16 USD selama seharian. Beberapa situs traveler pun lebih menyarankan untuk menggunakan tuk2, karena kompleks candi Angkor kebanyakan berupa hutan2 yang tidak berpenduduk sehingga akan lebih aman apabila kita mengunjunginya bersama penduduk lokal.
Jadilah, keesokan harinya sekitar pukul 5 pagi kami menuju ke kompleks arkeologikal yang tersohor itu menggunakan tuk2 milik Sinat. SR masih gelap dan sepi ketika kami menuju ke sana. Lama perjalanan dari hotel kami menuju gerbang pembelian tiket sekitar 15 menit, dan melanjutkan 20 menit perjalanan berikutnya menuju Angkor Wat. Kami membeli tiket untuk 1 hari seharga 20 USD (5.30 am - 5.30 pm)/orang, ada pula tiket terusan selama 3 hari seharga 40 USD/orang. Karena waktu menetap kami di SR hanya 2 malam, kami hanya akan mengunjungi 3 lokasi candi yang terkenal, yaitu : Angkor Wat, Bayon dan Ta Phrom.
Ternyata bukan hanya kami yang berniat mengejar sunrise di Angkor Wat. Puluhan bus telah mengantri untuk menurunkan penumpang di depan Angkor Wat, kebanyakan merupakan wisatawan Jepang dengan spesial tur dan spesial guide berbahasa negara asal. Beberapa wisatawan barat berkulit putih yang mengikuti spesial tur rata2 telah cukup berumur, sedangkan wisatawan yang berusia lebih muda datang dengan tuk2 atau bahkan mengayuh sendiri sepeda sewaan.
Angkor Wat masih gelap gulita, kami bahkan harus menyusuri jalan dengan senter menuju spot sunrise, dimana fotografer mulai dari yang amatiran dengan kamera pocketnya sampai profesional dengan kamera DSLR bersiap mengabadikan sunrise. Namun, ternyata sunrise yang dinanti lama nian terbitnya. Matahari baru menampakkan diri sekitar pukul 7, sesuai dengan prediksi Sinat-driver tuk2-yang semalam menyarankan kami berangkat dari hotel jam 6 saja. Namun, karena takut melewatkan sunrise, kami memilih berangkat pukul 5. Hahaha....lain kali kayaknya kami harus mulai lebih mempercayai driver tuk2.
Setelah puas mengabadikan sunrise, kami pun berkeliling seputaran kompleks yang candinya terdapat di bendera nasional Kamboja itu. Dan dilanjutkan dengan mengunjungi candi kedua yang terbesar, yaitu Bayon yang ternyata beberapa bagiannya masih mengalami restorasi.
Candi ketiga yang kami kunjungi adalah Ta Phrom yang terkenal karena terdapat banyak pohon raksasa yang melingkupi bangunan candi dan bahkan menahan candi yang telah rapuh sehingga tetap berdiri.
Di Ta Phrom inilah syuting film Tomb Rider yang dibintangi Angelina Jolie dilakukan. Beberapa lokasi dimana Angelina Jolie pernah melakukan aksinya pun dibuatkan spot khusus untuk berfoto.
Sisa waktu kami gunakan untuk berkeliling dengan tuk2 dan menyinggahi Banteay Srei Temple, Angkor National Museum dan berbelanja souvenir di Old Market.
-Angkor National Museum-
Hal lain yang menjadi kesan baik untuk saya ketika di SR adalah penduduk lokal yang sangat ramah dan sopan. Setiap kali bertemu, mereka menyapa dan tersenyum kepada kami. Para penjual yang kebanyakan anak2 kecil menyapa dengan sangat sopan,"Lady...would you please buy this keychain? I made it myself...."
Owh....I was totally in Love with Seam Reap. I even promised myself that someday I'll spend much longer time in this lovely little city again (^^,)v
-pictures courtesy of Irwan Kadir using Canon EOS D1000-
next :
1. Long Way Journey from Siem Reap to Bangkok
2. Backpacking in Bangkok - Thailand
2 comments:
saya suka yang di sunrise di angkor wat itu farah...tawwa.ole2 dah..yg biasa saja/ standarmo..gantungan kunci...hahahahaha
wow....luar biasa!
kpn2 sy harus kesana.he...
Post a Comment