Selepas imigrasi Thailand di Sadao, minivan yang saya tumpangi memasuki Hatyai, wilayah paling selatan di Thailand yang merupakan kota perbatasan antara Malaysia dan Thailand. Konon, di daerah selatan Thailand marak terjadi penembakan, penge-bom-an dan demonstrasi anarkis lainnya. Posisi Hatyai kurang lebih sama dengan Johor Bahru, selain sebagai kota transit juga sebagai tempat belanja murah meriah bagi warga Malaysia.
Hari sudah siang ketika minivan saya memasuki pusat kota Hatyai. Bau ayam goreng dan nasi pulut yang menjadi panganan khas di kawasan selatan Thailand mulai mengawang2. Tapi minivan langsung berbelok ke stasiun kereta, mengantarkan salah satu bule yang akan melanjutkan perjalanan ke Bangkok dengan kereta api. Setelah itu, giliran saya dan penumpang lainnya diturunkan di kantor agen perjalanan. Kami dijanjikan akan melanjutkan ke Krabi dengan minivan yang berbeda. Jadi tibalah saat perpisahan saya dengan supir minivan muslim yang baik hati itu. "I'm your best friend in Thailand, my muslim sister,"ucapnya sebelum meninggalkan saya di agen. Wow, inilah salah satu keramahan Thailand selatan yang tidak bisa saya lupakan :)
Ternyata hanya 4 orang penumpang minivan dari Penang yang akan melanjutkan ke Krabi, yaitu ; saya, 2 orang cewek backpacker asal Swedia dan seorang lagi backpacker cowok asal Australia. So, sambil menunggu minivan ke Krabi, kami bercengkrama sambil membicarakan tujuan masing2. Si cowok minta diturunkan di Krabi Town sedangkan 2 cewek Swedia itu akan langsung ke Ao Nang. Awalnya saya berencana menginap di Krabi Town saja untuk menghemat, mengingat biaya hidup di Ao Nang lebih mahal. Lagipula, hari sudah sore dan kabarnya songthaew (semacam angkot di Thailand) yang menuju Ao Nang hanya beroperasi hingga pukul 6 sore. Tapi kedua cewek Swedia itu berkeras akan tetap ke Ao Nang malam itu juga karena mereka telah terlanjur booked hostel di Ao Nang. "There's nothing to see in Krabi Town, you just gonna waste your time.."ujar salah satu dari mereka. Saya pun tergoda, lagipula saya toh berencana akan ke Ao Nang juga akhirnya. Okee, akhirnya kepada pengemudi minivan ke Krabi, kami bertiga minta diturunkan di pangkalan songthaew ke Ao Nang.
Minivan yang membawa kami ke Krabi hampir sama dengan minivan yang kami tumpangi dari Penang. Hanya saja saya tidak mendapat hot seat lagi di bangku depan. Tapi tak apalah, lagipula saya berencana tidur saja karena sejak dari Penang sibuk ngobrol dengan pengemudi sebelumnya. Perjalanan ke Krabi ditempuh kurang lebih 4 jam, dengan satu kali persinggahan di sebuah rest area. Rest Area ini hanya semacam minimarket dengan restoran di bagian dalamnya dan penjual jajanan kaki lima di bagian depannya. Saya menghabiskan 15 Baht untuk segelas teh tarik dan 25 Baht untuk sepiring nasi campur dengan 1 lauk ikan bumbu kuning dan 2 macam sayur, ditambah segelas air dingin gratis. Yummy dan muraaaah....! Dijamin halal pula, karena penjual2nya rata2 muslim Thailand berjilbab. Sebelum meninggalkan rest area, saya juga sempat membeli jajanan Thailand berupa gorengan ditusuk sate yang dicelup di saos asam manis khas Thai seharga 10 Baht/buah.
Setibanya di Krabi Town, saya dan kedua cewek Swedia diturunkan di pangkalan songthaew. Kami langsung duduk manis di salah satu songthaew yang sudah mulai penuh. "Last songthaew to Ao Nang...."ucap kernek songthaew. Wajar, kami tiba menjelang petang, malahan saya suprise jam segitu songthaew masih beroperasi. Telat sedikit, bisa2 kami bertiga harus menyewa tuk-tuk atau mungkin taxi ke Ao Nang.
Perjalanan ke Ao Nang ditempuh sekitar 30 menit. Sepanjang perjalanan saya disuguhi pemandangan gunung kapur yang indah menjulang di kiri dan kanan jalan. Belum lagi latar senja yang memukau dengan warna kuning keemasannya. Semakin mendekati Ao Nang, pemandangan mulai berganti hamparan pantai dengan sunset yang menyembul di balik awan. Sungguh panorama yang istimewa!
Karena belum membooked penginapan, saya pun memutuskan untuk membuntuti si duo Swedia ke hostel mereka. Tapiiii....pantai Ao Nang kelihatan semakin menjauh dan penumpang yang tersisa di songthaew tinggal kami bertiga, namun hostel si duo belum juga ketemu. Sampai akhirnya kami tiba di daerah yang sepi penginapan. Ternyata, mereka berdua nginap di homestay yang jauh dari pusat keramaian. OMG..., dengan waktu yang terbatas dan transportasi yang sulit, saya enggan menghabiskan waktu jauh dari keramaian Ao Nang. Apalagi si kenek songthaew mengatakan setelah jam 6 sore, kendaraan umum tidak lagi beroperasi.
Saya pun memutuskan berpisah dari duo Swedia dan minta diantarkan kembali ke area sekitar pantai. Untuk 'kerusakan' rencana ini, saya dikenakan 200 Baht oleh supir songthaew. Tapi saya sudah pasrah, daripada memaksakan di homestay terpencil dan tak bisa kemana2. Si pengemudi menurunkan saya di depan Mc.Donald dan saya pun mulai menyusur jalan mencari hostel yang masuk budget. Salah saya juga, tidak mempersiapkan akan menginap di Ao Nang, jadilah saya benar2 tidak ada ide akan menginap di mana malam itu kecuali di masjid yang kubahnya bisa saya lihat dari kejauhan :((
Dengan berpeluh keringat menenteng backpack, saya memasuki penginapan satu persatu dan menanyakan harga. Budget maksimum saya 300 Baht semalam, namun nampaknya sulit karena kebanyakan hostel di Ao Nang tidak menetapkan sistem dormitory, hanya private room, villa atau resort. Saya hampir putus asa ketika seorang pria tua mendekati saya menawarkan kamar. Ternyata dia calo kamar, "how much do you wanna pay?" tanyanya. Dengan muka memelas saya menyanggupi 300 Baht saja. Dia menggeleng, "you won't get any! My cheapest price is 400 Baht with aircon." Huff....karena langit sudah gelap dan saya pun sudah kelelahan, tawaran pria tua itu langsung saya sanggupi. Tak apalah untuk satu malam, besok kan saya masih punya kesempatan untuk cari yang sesuai budget.
Saya langsung dibawa ke sebuah penginapan baru, mirip villa mahal dengan pemandangan gunung kapur dan pantai. Saya diberi single room luas ber-AC di lantai 2, dengan fasilitas shower air panas-dingin dan toilettris lengkap. Wohooooo.........it's way better! Setelah mandi, saya turun dan duduk2 di gubuk2 bambu depan lobby yang menghadap ke jalan. Jarak pantai dari hostel ini hanya 10 menit berjalan kaki, dekat dengan Mc.Donald dan terdapat 7 eleven di seberangnya.
Pemiliknya yang seorang Thailand keturunan India mengajak saya ngobrol sambil ngemil hingga larut. Ternyata hotel ini baru 2 bulan beroperasi dan harga kamar paling murah 600 Baht. Jadi kamar 400 Baht saya itu nilainya 600 Baht!hehehe.... So, saya sangat merekomendasikan hotel ini : Aree Baba Mansion, 564 Moo 2 Ao Nang Muang Krabi 81000. Karena baru, masih agak sulit menemukannya secara online, jadi untuk reservasi bisa melalui email : areebabamansion@hotmail.com atau telp : (+66) 0899-759992. Harga kamar tanpa breakfast mulai dari 600 Baht untuk single room sampai yang termahal 1200 Baht semalam untuk double room dengan fasilitas tambahan TV dan minibar.
Semakin malam, Ao Nang malah semakin sepi. Tidak seperti Kuta yang riuh dengan kehidupan malamnya. Ao Nang lebih kalem, damai dan tidak bernuansa erotis seperti umumnya daerah wisata pantai. Malah kebanyakan pendatang berwisata dengan keluarga. Selama di Ao Nang saya bahkan tidak menemukan satu pun ladyboys yang selama ini selalu identik dengan Thailand. Mungkin karena mayoritas penduduk Ao Nang yang muslim.
Ao Nang hanyalah sebagian kecil keindahan Krabi yang telah saya nikmati. Can't wait to explore rest of beautiful exotic Krabi :)
be continued to Ao Nang Day 2 : City Tour and Island Tour in Krabi
4 comments:
sepertinya aku akan menginap di Krabi aja deh... mahal bgt klo 600 bath sendirian, klo berdua sih rada enteng :'(
iya emang mahal banget,di Krabi Town ada dormy/hostel yg cuma 150 THB/malam.sebenarnya aku baca di buku claudia kaunang ttg hostel2 di ao nang krabi tp ternyata letaknya cukup jauh dr pantai malah ada beberapa yg ga aku nemu lokasinya.jd males.emang di ao nang mahal2 banget,makan & souvenir aja mahal tp kalo dibandingin patong phuket sih msh mendingan :)
Krabi town murah tp perhitungkan lama perjalanan songthaew + waktu ngetemnya.blum waktu operasinya terbatas cm mpe jam 6 sore aja ke Ao nang.stuck di krabi town jg ga banyak yg bisa dilihat.
mba Dila, saya akan ke Krabi juga via Penang besok Oktober. Rencana nginap di Old Minivan paling pagi dari Penang jam berapa? Kok saya baca (browsing) ada yang dari jam 5 pagi... Total berapa jam naik van ke Krabi? Terus kalau dari Krabi Town, mau ke pantai jauh nggak? Harus pakai songthew ya? Kalau dari pantai ke kota naik apa ya?
Thank you.
Hi Dipta, thanks ya sudah berkunjung ke blogku.
Seingat aku memang ada minivan pagi dari Penang,cuma ngga terlalu merhatiin jam berapa.Waktu itu milih yang jam 8 dengan pertimbangan bisa sarapan dulu (sarapan hostel kami mulai jam 7) dan ketika tiba di hatyai tidak perlu menunggu terlalu lama untuk minivan tujuan krabi.FYI di agen Hatyai,mereka mengumpulkan penumpang dari beberapa jam keberangkatan dari Penang untuk disatukan di minivan yang menuju Krabi.Jadi pertimbangannya kalau naik yang jam 5 subuh dan kebetulan penumpang di minivan dari Penang tidak semuanya ingin ke Krabi,kamu harus nunggu sampai penumpang jam keberangkatan berikutnya dari Penang untuk memenuhi minivan Krabi kamu :)
Waktu keberangkatan, aku ninggalin Penang sekitar jam 9 dan tiba di Krabitown sekitar jam 4 sore,sdh termasuk waktu singgah di 2 pemberhentian rumah makan dan imigrasi Sadao, jadi sekitar 6-7 jam ya.
Krabitown ke pantai Ao Nang ditempuh dengan soengthaw kurang lebih 30 menit perjalanan,selain soengthaew kamu juga bisa menyewa taksi soalnya songthaew hanya beroperasi smp jam 6 sore. Dari pantai ke kota bisa menunggu songthaew atau menyewa taksi (mirip bemo gitulah,penumpang duduk di belakang,muat s/d 4 penumpang).
Semoga informasinya berguna,terima kasih :)
Happy traveling....
Post a Comment